EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
Efektivitas merupakan wujud dari
kemampuan untuk mendayagunakan sesuatu secara tepat sesuai dengan
standar yang jelas dan dapat diterima secara universal. Dalam konteks
ini efektivitas menunjukkan taraf mencapai tujuannya secara ideal, tarap
efektivitasnya dapat dinyatakan dengan ukuran-ukuran yang agak pasti.
Pandangan ini memfokuskan bahwa efektivitas adalah kemampuan untuk
mencapai suatu tujuan dengan ukuran yang pasti.
Siagian mengemukakan bahwa
efektivitas adalah “pemanfaatan sumber daya, dana, sarana dan prasarana
dalam jumlah tertentu yang secara sadar diterapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barang atau jasa dengan mutu tertentu tepat pada
waktunya”.[1]
Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas sebagai suatu kegiatan yang tepat
sasaran, berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai tujuan dalam
implementasi suatu kegiatan tertentu.
Untuk mengetahui tingkat efektivitas
sesuatu kegiatan biasanya dilakukan dengan membandingkan antara prestasi
saat ini dengan prestasi yang diperoleh apabila semua sumber daya yang
dimilikinya dikelola secara optimal dan objektif.
Secara teknis pengertian efektivitas
merupakan suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan atau
kegagalan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan.[2]
Diakui bahwa terdapat tiga dimensi yang kritis yang patut
dipertimbangkan dalam mengamati tingkat efektivitas suatu organisasi
atau kelompok yaitu: (a) keluaran yang dihasilkan, (b) kepuasan para
anggota, dan (c) pertumbuhan dan pengembangan staf, baik yang menyangkut
keterampilan dan kecerdasan individu maupun yang terkait dengan proses
interaksi yang positif dalam pelaksanaan tugas. Sehubungan dengan
pengertian tersebut terdapat ahli yang menekankan bahwa organisasi yang
efektif adalah organisasi yang dapat menyelesaikan target atau tujuannya
atau menghasilkan sesuatu yang melampaui prestasi organisasi yang
melakukan hal yang sama.[3]
Berdasarkan pengerian tentang efektivitas
seperti diuraikan di atas dapat diidentifikasi bahwa efektivitas pada
umumnya dibicarakan dalam konteks aktivitas manajemen dan kelompok atau
organisasi. Efektivitas selalu mengacu kepada tujuan organisasi dan
sekaligus kepada kelangsungan hidup organisasi. Oleh karena itu
efektivitas harus diukur dengan produk dari suatu organisasi yang
mencakup jumlah dan mutunya (seberapa banyak dan seberapa baik), diukur
dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi unsur penggerak maupun unsur
konstituen dari organisasi. Efektivitas juga diukur dengan bagaimana
anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya (kecerdasan dan
keterampilan) dalam melakukan tugas-tugas organisasi.
Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas
dari: faktor tujuan, faktor manusia, faktor nilai-nilai dan faktor
sistem organisasi itu sendiri yang dihubungkan dengan kondisi waktu,
target, jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas ternyata
bersifat multidimensional, sehingg strategi yang dipilih untuk
meningkatkan efektivitas tergantung pada kekhususan atau spesifikasi
faktor dari permasalahan yang hendak dipecahkan. Yang perlu digaris
bawahi bahwa sesuatu yang efektif belum tentu efisien, demikian
sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu efektif, namun perlu
ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau aktivitas telah
terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan
efisiensinya.
Robbins mengemukakan bahwa untuk mengukur
efektivitas dapat digunakan empat model pendekatan yaitu: (a)
pendekatan pencapaian tujuan (Goal attainmet), (2) pendekatan
sistem yang menekankan stabilitas, (3) pendekatan konstituensi strategis
yang menekankan terpenuhinya tuntutan stakeholder dan (4) pendekatan nilai-nilai bersaing yang mempertemukan tiga kriteria yaitu human relation model, open system model dan rational goad model.[4]
Untuk mengetahui tingkat efektivitas
sesuatu kegiatan biasanya dilakukan dengan membandingkan antara prestasi
saat ini dengan prestasi yang diperoleh apabila semua sumber daya yang
dimilikinya dikelola secara optimal dan objektif.
Berdasarkan pengertian tentang
efektivitas seperti diuraikan di atas dapat diidentifikasi bahwa
efektivitas pada umumnya dibicarakan dalam konteks aktivitas manajemen
dan kelompok atau organisasi. Efektivitas selalu mengacu kepada tujuan
organisasi dan sekaligus kepada kelangsungan hidup organisasi. Oleh
karena itu efektivitas harus diukur dengan produk dari suatu organisasi
yang mencakup jumlah dan mutunya (seberapa banyak dan seberapa baik),
diukur dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi unsur penggerak maupun
unsur konstituen dari organisasi. Efektivitas juga diukur dengan
bagaimana anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya (kecerdasan
dan keterampilan) dalam melakukan tugas-tugas organisasi.
Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas
dari: faktor tujuan, faktor manusia, faktor nilai-nilai dan faktor
sistem organisasi itu sendiri yang dihubungkan dengan kondisi waktu,
target, jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas ternyata
bersifat multidimensional, sehingg strategi yang dipilih untuk
meningkatkan efektivitas tergantung pada kekhususan atau spesifikasi
faktor dari permasalahan yang hendak dipecahkan. Yang perlu digaris
bawahi bahwa sesuatu yang efektif belum tentu efisien, demikian
sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu efektif, namun perlu
ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau aktivitas telah
terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan
efisiensinya.
[1] Sondang P Siagian. Filsafat Adminstrasi . Jakarta: Rineka Cipta, 1997. h.200
[2] Joseph Prokopenko. Productivity Management : A Practical Handbook (geneva : ILO. 1987), h. 5.
[3] Richard M. Steers. Gerald R. Ungson and Richard T. Mowday, Managing Effective Organizations: An Introduction (Boston. Massachusetts: Kent Publishing Company, 1993), h. 346.
[4] Stephen Robbins. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001.h.55
No comments:
Post a Comment