Tuesday, April 15, 2014

Sejarah lahirnya Bangsa Indonesia

Lahirnya bangsa Indonesia diawali dengan rasa senasib dan sepenanggungan dari rakyatnya. Bangsa Indonesia telah mengalami serangkaian sejarah gelap dan panjang demi tercapainya sebuah kemerdekaan. Dimulai pada masa penjajahan Belanda yang terhitung tidak sebentar dalam menjajah bumi pertiwi ini. Selama kurang lebih 350 tahun, pengaruh Belanda melekat dalam kultur dan sendi-sendi masyarakat Indonesia pada saat itu. Sejatinya, Indonesia adalah negara kaya dan subur karena terletak didaerah yang sangat strategis yang mana pada saat itu dijadikan tempat singgah bagi pelayaran perdagangan internasional serta memiliki sumber daya alam yang melimpah diantaranya memiliki berbagai macam rempah-rempah khas yang tersebar diseluruh Nusantara, ditambah lagi dengan keramahan masyarakat Indonesia pada penduduk asing serta keterbelakangan dalam segi pendidikan membuat bangsa Indonesia dengan mudah diperdayai oleh para penjajah. Itulah sebabnya mengapa para penjajah dari Belanda menajadi sangat “gila” dan ingin menguasai serta mengeksploitasi kekayaan bangsa Indonesia selama berabad-abad lamanya.
Kesadaran akan kemerdekaan dan sikap nasionalisme jiwa bangsa Indonesia mulai bangkit pada tahun 1900-an dimana pada saat itu modernisasi Jepang menimbulkan kesan  kagum dan hebat pada sebagian besar warga negara Indonesia (Viekke, 1961, p.384). Kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905  dianggap sebagai fajar periode sejarah baru bagi Asia (Viekke,1961,p.384). Adanya kemenangan ini mendorong pemimpin bangsa Indonesia mencari kesetaraan hak dengan penduduk Eropa. Pada tahun 1899, Belanda akhirnya memberikan kesetaraan hak kepada warga Jepang dengan Bangsa Eropa. Pada tahun 1909 terbukti ada orang Jepang yang memegang jabatan konsul di Batavia tetapi  jumlah warga Jepang yang tinggal di Indonesia semakin kecil. Dampak lain dari adanya kesetaraan hak ini ialah menimbulkan masuknya banyak imigran Cina ke wilayah Indonesia untuk melakukan hal yang sama sehingga tak pelak semakin meningkatlah populasi orang-orang Cina yang tinggal di Indonesia. Hal ini menyebabkan pemerintah Cina geram dan mulai mengeluarkan kebijakan baru atas orang-orang Cina yang tinggal di luar negeri. Kebijakan itu menyatakan bahwa setiap warga Cina yang tinggal di luar wilayah Cina akan dianggap telah kehilangan kewarganegaraanya. Tetapi pada tahun 1896, pemerintah Cina mencabut kebijakan dan menyatakan bahwa siapapun warga Cina yang tinggal di luar wilayah Cina akan tetap dianggap sebagai warga negara Cina sehingga populasi warga Cina yang menetap di Indonesia semakin banyak dan mendirikan sekolah serta perkumpulan. Selain itu, lahirnya sikap nasionalisme bangsa Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor utama dan faktor terbesarnya ialah adanya kesamaan agama pada sebagian besar masyarakat Indonesia karena lebih dari 90 persen penduduk Indonesia beragama Islam (Kahin, 1995, p.50). Sehingga dengan berkembangnya agama islam yang notabene bersifat universal dianggap akan dapat menyatukan bangsa Indonesia. Dengan demikian, maka agama islam dijadikan sebagai pemersatu dalam melawan budaya dan pengaruh asing (Viekke, 1961, p.392).
Faktor terpenting kedua yang menyebabkan terjadinya integrasi bangsa Indonesia ialah perkembangan bahasa kesatuan Hindia Kuno, bahasa Melayu Pasar, menjadi suatu bahasa nasional (Kahin, 1996, p.51). Peran dari penggunaan bahasa kesatuan ini ialah membantu penyebaran aliran agama islam pada masyarakat Indonesia dan mematahkan kecenderungan perspektif yang menyatakan bahwa orang Indonesia memiliki nasionalisme picik. Selain itu, penggunaan bahasa kesatuan ini sebagai upaya dalam menghapuskan penggunaan bahasa Belanda di Indonesia. Faktor ketiga yang mendukung integrasi nasionalisme di Indonesia ialah munculnya Volksraad atau Majelis Rakyat (Kahin, 1996, p.52). Volksraad berperan dalam memberi saran kepada kaum nasionalisme Indonesia agar mendidik khalayak ramai yang melek huruf tentang sasaran-sasaran yang lebih moderat dari pergerakan kebangsaan, dan dapat melihat sejumlah keluhan kaum nasionalis secara langsung (Kahin, 1996, p.53).
Dari penjelasan singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia untuk keluar dan bangkit dari lingkaran penjajahan tidaklah mudah. Namun, disisi lain faktor positif dari adanya penjajahan adalah menumbuhkan sikap nasionalisme pada rakyat Indonesia karena pada mulanya sikap nasionalisme ini muncul dari adanya rasa senasib dan sepenanggungan sehingga rakyat Indonesia saling membantu dalam mengusir penjajah, serta adanya 3 faktor krusial tersebut semakin membantu bangsa Indonesia untuk menemukan jati diri atau identitas nasional bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa yang lemah dan mampu mengusir penjajah dengan kerja keras rakyatnya.
Sumber Referensi :
  • Kahin, George Mc Truman. 1995. “Timbulnya Pergerakan Kebangsaan Indonesia”, dalam Nasionalisme dan Revolusi Indonesia. Jakarta:  Pustaka Sinar Harapan, pp 49-82.
  • Viekke, Bernard H.M. 1961. “Berakhirnya Suatu Koloni, Lahirnya Suatu Bangsa”, dalam Nusantara: Sejarah Indonesia, Jakarta: Pustaka Kepopuleran Gramedia, pp.380-425.

No comments:

Post a Comment